
Pergerakan Bursa Wall Street yang Menurun
Indeks bursa Wall Street di Amerika Serikat mengalami penurunan pada perdagangan Rabu (24/9) waktu setempat. Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh koreksi saham perusahaan besar dalam industri kecerdasan buatan (AI), yaitu Nvidia dan Oracle, yang turun selama dua hari berturut-turut.
Indeks S&P 500 mengalami penurunan sebesar 0,28% menjadi 6.637,97, mengakhiri tren kenaikan tiga hari sebelumnya. Sementara itu, Nasdaq Composite turun sebanyak 171,50 poin atau 0,37% menjadi 46.121,28. Dow Jones Industrial Average juga mengalami penurunan sebesar 0,34% dan ditutup di level 22.497,86.
Saham Nvidia turun hampir 1% setelah sehari sebelumnya juga mengalami pelemahan. Kekhawatiran investor meningkat mengenai sifat sirkular industri AI, meskipun awal pekan ini perusahaan mengumumkan kemitraan senilai US$ 100 miliar dengan OpenAI. Sementara itu, Oracle, salah satu pemain utama di sektor AI, juga melanjutkan penurunan dengan merosot hampir 2%.
Meski begitu, Nasdaq sempat sedikit menguat di akhir perdagangan berkat lonjakan harga saham Intel yang naik lebih dari 6%. Informasi ini disampaikan oleh Bloomberg, yang melaporkan bahwa Apple sedang mempertimbangkan investasi di produsen chip tersebut, hanya beberapa hari setelah Nvidia menyatakan akan menginvestasikan US$ 5 miliar di Intel.
Selain itu, saham Micron Technology turun hampir 3% setelah laporan kinerja dan proyeksi ke depan dinilai kurang meyakinkan investor. Hal ini menambah keraguan pasar terhadap reli saham berbasis AI.
Jay Hatfield, CEO Infrastructure Capital Advisors, mengungkapkan pandangannya mengenai situasi ini. Ia mengatakan, “Teknologi mungkin sedikit berkembang. Tidak ada alasan nyata untuk optimis. Saya tidak akan mengatakan tidak ada yang akan menggunakan AI, tetapi ini jelas merupakan masalah valuasi.” Pandangan ini dikutip dari CNBC, Kamis (25/9).
Hatfield menilai pelemahan saham teknologi berbasis AI kemungkinan masih akan berlanjut dalam beberapa hari mendatang. Namun, secara bulanan S&P 500 masih mencatat kenaikan hampir 3%, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata penurunan bulan September sebesar 4,2% dalam lima tahun terakhir.
Dari sisi makro, pelaku pasar saat ini tengah menantikan rilis data klaim pengangguran yang akan dirilis hari ini dan inflasi PCE pada Jumat. Kekhawatiran mengenai potensi penutupan pemerintahan AS juga semakin mengemuka.
Peristiwa ini terjadi setelah Presiden Donald Trump membatalkan pertemuan dengan Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer dan Pemimpin Minoritas DPR Hakeem Jeffries yang seharusnya bisa mencegah shutdown sebelum batas waktu 30 September. Dengan adanya ancaman penutupan pemerintahan, investor semakin waspada terhadap kondisi pasar keuangan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!