Kepala Sekolah SMK Karya Perjuangan Jadi Sasaran Amarah Orang Tua Akibat Keracunan MBG

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Ratusan Siswa di Bandung Barat Keracunan Setelah Mengonsumsi Menu Makan Bergizi Gratis

Ratusan siswa di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, menjadi korban keracunan setelah menyantap sajian menu Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu (24/9/2025). Insiden ini terjadi setelah mereka menerima paket MBG yang didistribusikan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kampung Pasirsaji, Desa Neglasari, Cipongkor.

Beberapa sekolah yang terdampak paling awal antara lain SMK Karya Perjuangan Cipongkor, Raudhatul Athfal (RA) Miftahul Falah, dan Madrasah Tsanawiyah (Mts) Manarul Huda yang berada dalam satu yayasan. Menurut Kepala Sekolah SMK Karya Perjuangan, Jafar, dari total 334 siswa yang terlibat, sebanyak 89 orang mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi paket MBG tersebut.

Jafar menjelaskan bahwa sebanyak 62 siswa dirawat di Puskesmas Cipongkor, sembilan orang di RSUD Cililin, satu orang di RS Permata, enam orang di RSIA, satu orang di Puskesmas Cililin, satu orang di RS Kawaluyaan, dan dua lainnya di RS Hermina. Ia menegaskan bahwa ada 89 siswa yang dugaan keracunannya terjadi setelah makan.

Kronologi Awal Insiden Keracunan Massal

Menurut Jafar, insiden keracunan bermula saat dua siswa SMK Karya Perjuangan mengembalikan nampan atau ompreng MBG lebih dulu dibandingkan siswa lainnya. Dua siswa tersebut mengalami pusing dan langsung meminta izin keluar kelas untuk membeli minum. Namun, tidak lama setelah itu, mereka kembali mengeluhkan gejala seperti keringat dingin.

“Pertama kali itu jam 09.40 WIB kami kasihkan, makan di ruang kelas, anaknya itu ada yang mengembalikan omprengnya lebih awal dan dia bilang ‘Pak ini mah kercunan’,” ujar Jafar. Ia kemudian membuat teh manis sebagai antisipasi. Beberapa saat kemudian, siswa lain juga mulai mengeluhkan gejala serupa kepada guru.

Setelah itu, pihak sekolah langsung berkoordinasi dengan pihak dapur SPPG Neglasari yang mendistribusikan MBG ke sekolah. “Dari dua siswa itu, beberapa siswa lainnya pun mengalami gejala yang sama. Kemudian datang beberapa ambulan ke sekolah dan barulah terjadi itu ada muntah dan lain-lain,” tambahnya.

Tidak Ada Kejanggalan Sebelumnya

Jafar mengungkapkan bahwa sebelum kejadian ini, selama satu bulan berjalan, tidak ada kejanggalan dalam pendistribusian santapan MBG kepada siswa. Bahkan, ia mengaku membaca pemberitaan terkait peningkatan aktivitas pendistribusian dan menjaga higienitas makanan yang diberikan.

“Artinya kami selaku kepala sekolah tidak masalah, (mendukung program pemerintah). Dan saya lihat ada guru yang melihat terus makan, sampai sekarang sehat,” ujarnya. Meskipun begitu, kejadian ini menimbulkan protes dari orang tua siswa.

Tanggapan Kepala Sekolah

Jafar mengaku bingung menanggapi protes dari orang tua siswa. Ia menyebut bahwa para orang tua menanyakan mengapa MBG tetap diberikan meskipun banyak siswa mengalami keracunan pada hari Senin dan Selasa sebelumnya.

“Saya sebagai kepala sekolah beban. Saya di marahin orang tua, sampai-sampai saya ditunjuk. Katanya ‘Bapak itu tahu, keracunan, di hari Senin sampai Selasa kemarin banyak keracunan Kenapa hari kemarin diberikan ke siswa lagi MGB nya’, saya bingung harus bilang apa,” kata Jafar.

Harapan untuk Evaluasi Program

Ia berharap segera ada solusi dari pemerintah pusat terkait permasalahan MBG. Terlebih, program ini berkaitan langsung dengan makanan yang dikonsumsi para siswa. Jafar menekankan bahwa keselamatan anak-anak adalah prioritas utama.

“Saya sebagai kepala sekolah mintanya dievaluasi, keselamatan anak-anak nomor satu. Saya setuju aja dananya di ke-siswakan atau ke orang tua siswa,” ujarnya. Ia juga menyarankan agar dinas pendidikan dan BGN duduk bersama dengan perwakilan orang tua.

“Karena saya yakin, kalau ini dikasih lagi anak nggak mau makan (paket MBG),” lanjutnya.