
Pengantar Neuroekonomi
Neuroekonomi adalah bidang studi yang menggabungkan ilmu ekonomi, psikologi, dan neurosains untuk memahami bagaimana manusia membuat keputusan ekonomi. Dulu, teori ekonomi mengasumsikan bahwa pikiran manusia tidak dapat sepenuhnya dijelaskan. Namun, dengan perkembangan teknologi dalam bidang neurosains, kini aktivitas otak dapat dianalisis secara lebih detail.
Mengisi Celah Teori Ekonomi Konvensional
Dalam teori ekonomi klasik, pengambilan keputusan didasarkan pada pilihan rasional. Investor dianggap mampu menilai risiko secara objektif dan selalu bereaksi dengan cara yang paling logis. Akan tetapi, teori ini memperlakukan cara kerja pikiran manusia seperti kotak hitam yang sulit diakses.
Ekonomi perilaku mulai menembus keterbatasan itu dengan memasukkan wawasan dari psikologi untuk menjelaskan mengapa manusia sering tidak mengikuti pilihan rasional. Neuroekonomi kemudian melangkah lebih jauh dengan mempelajari hubungan antara keputusan ekonomi dan fenomena yang bisa diamati di otak manusia maupun hewan.
Penelitian menunjukkan bahwa emosi sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Otak cenderung lebih sensitif terhadap kerugian dibandingkan keuntungan. Kondisi ini dapat memicu perilaku irasional, termasuk munculnya gelembung aset hingga krisis keuangan.
Studi neuroekonomi juga dilakukan melalui eksperimen observasional maupun intervensi langsung pada otak subjek. Para peneliti biasanya menggunakan teknologi seperti pencitraan resonansi magnetik (MRI), tomografi emisi positron (PET), serta tes darah atau air liur untuk mengukur kadar hormon dan neurotransmiter.
Tiga Bidang Utama dalam Neuroekonomi
Neuroekonomi terbagi menjadi tiga bidang utama. Pertama, pilihan antarwaktu, yaitu studi tentang bagaimana orang membuat keputusan pada waktu yang berbeda. Penelitian itu menyoroti kaitan antara aktivitas otak dengan preferensi waktu dan tingkat impulsivitas seseorang.
Kedua, pengambilan keputusan sosial. Bidang tersebut menggunakan teori permainan untuk menilai interaksi antarindividu, termasuk aspek kepercayaan, keadilan, dan resiprositas. Neuroekonomi mencoba menjelaskan bagaimana hal-hal tersebut tercermin dalam fungsi otak.
Ketiga, pengambilan keputusan dalam kondisi berisiko dan tidak pasti. Studi ini menyoroti bagaimana seseorang memilih di antara berbagai alternatif dengan hasil yang penuh ketidakpastian. Peneliti berupaya memahami bagaimana keengganan terhadap risiko maupun kerugian terlihat dalam sistem saraf manusia.
Relevansi Neuroekonomi bagi Bisnis dan Ekonomi
Bagi dunia bisnis, neuroekonomi dianggap bermanfaat karena mampu menjelaskan proses otak dalam memilih suatu produk atau tindakan tertentu. Pemahaman itu juga relevan untuk menilai keputusan para pemimpin bisnis, termasuk bagaimana mereka menentukan strategi atau mendorong kreativitas dalam organisasi.
Neuroekonomi dinilai memberikan manfaat luas, terutama dalam situasi ketika seseorang harus memilih satu dari banyak alternatif. Model ekonomi konvensional seringkali tidak cukup untuk menjelaskan perilaku manusia. Karena itu, neuroekonomi berpotensi meningkatkan akurasi teori ekonomi dengan memasukkan faktor sosial, kognitif, dan emosional.
Beberapa temuan dalam bidang itu bahkan menantang asumsi ekonomi klasik yang menganggap keputusan ekonomi sebagai proses tunggal dan rasional. Neuroekonomi justru menunjukkan bahwa proses tersebut lebih kompleks. Kondisi inilah yang membuat dampaknya terasa lebih besar dalam ilmu ekonomi dibandingkan psikologi.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!