
Peringkat Kredit Indonesia Dipertahankan di BBB+ dengan Outlook Stabil
Japan Credit Rating Agency (JCR) mempertahankan peringkat kredit negara atau Sovereign Credit Rating Indonesia pada tingkat BBB+ dengan outlook stabil. Hal ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang solid di dalam negeri, didukung oleh permintaan domestik yang kuat serta utang publik yang terkendali. Namun, JCR juga menyoroti beberapa tantangan yang masih ada, seperti basis penerimaan negara yang lemah.
Menurut Chief Analyst JCR Kiichi Sugiura, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat akibat kebijakan yang diterapkan untuk menghadapi pandemi. Meskipun demikian, rasio ini akan tetap berada pada level saat ini selama proses konsolidasi fiskal terus berlangsung melalui reformasi perpajakan dan revisi alokasi anggaran.
JCR memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 5 persen dalam jangka menengah. Namun, pertumbuhan secara keseluruhan pada tahun 2025 diproyeksikan akan melambat menjadi di bawah 5 persen. Alasan utamanya adalah pemberlakuan tarif resiprokal Amerika Serikat yang berdampak pada permintaan eksternal.
Defisit fiskal Indonesia tetap stabil di kisaran 2,3 hingga 2,5 persen dari PDB. Sementara itu, rasio utang pemerintah terhadap PDB pada akhir 2024 berada pada level 39,4 persen. JCR memproyeksikan bahwa rasio ini akan tetap berada di bawah 40 persen dalam jangka menengah.
Dari sisi eksternal, defisit transaksi berjalan Indonesia diperkirakan akan meningkat secara bertahap pada tahun 2025. Hal ini disebabkan oleh melemahnya permintaan eksternal akibat penerapan tarif resiprokal AS. Meski begitu, ketahanan eksternal Indonesia tetap terjaga karena tren positif investasi langsung serta cadangan devisa yang tinggi.
Pada akhir Agustus 2025, cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar US$ 150,7 miliar. Angka ini menunjukkan kemampuan negara untuk menjaga stabilitas ekonomi meskipun menghadapi tekanan global.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan bahwa afirmasi rating dan outlook tersebut mencerminkan keyakinan pemangku kepentingan internasional terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia. Menurutnya, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan kebijakan stimulus fiskal dan sektor riil pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan stabilitas perekonomian.
Tantangan dan Peluang di Tengah Tantangan Global
Meskipun ada tantangan, Indonesia tetap memiliki peluang untuk tumbuh. Pertumbuhan ekonomi yang stabil, defisit fiskal yang terkendali, serta cadangan devisa yang cukup memberikan dasar yang kuat bagi perekonomian. Selain itu, langkah-langkah pemerintah dalam melakukan reformasi perpajakan dan pengelolaan anggaran akan sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekonomi jangka panjang.
Kemampuan Indonesia untuk menghadapi tekanan dari luar, seperti tarif resiprokal AS, menunjukkan bahwa negara ini memiliki ketahanan yang baik. Namun, diperlukan kerja sama antara pemerintah, bank sentral, dan sektor swasta untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat berjalan secara berkelanjutan.
Selain itu, peningkatan investasi asing dan penguatan sektor riil akan menjadi faktor pendukung utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan strategi yang tepat dan kebijakan yang konsisten, Indonesia dapat mempertahankan posisi sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil di kawasan Asia Tenggara.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!