
Rupiah Melemah di Pasar Spot dan Jisdor BI
Pada hari Kamis (25/9/2025), nilai tukar rupiah mengalami penurunan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di dua pasar utama, yaitu Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia dan pasar spot. Di Jisdor BI, rupiah berada pada level Rp 16.752 per dolar AS, turun sebesar 0,43% dibandingkan dengan posisi sehari sebelumnya yang ada di Rp 16.680 per dolar AS.
Pergerakan rupiah di Jisdor BI ini sejalan dengan pergerakan di pasar spot. Pada pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp 16.749 per dolar AS, melemah 0,38% dari posisi sebelumnya yang berada di Rp 16.685 per dolar AS. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap rupiah terjadi di berbagai segmen pasar.
Rupiah Melemah Bersama Mata Uang Asia Lainnya
Di kawasan Asia, rupiah tidak sendirian dalam mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Beberapa mata uang negara lain juga mengalami penurunan. Peso Filipina menjadi yang paling lemah dengan pelemahan sebesar 1,09%. Diikuti oleh rupiah yang melemah 0,38%, dolar Taiwan turun 0,34%, baht Thailand melemah 0,21%, dan dolar Singapura turun tipis 0,02%.
Namun, beberapa mata uang Asia lainnya justru menguat terhadap dolar AS. Won Korea menguat 0,21%, sementara yen Jepang naik 0,08%. Yuan China juga menguat 0,08%, dolar Hong Kong naik 0,02%, rupee India menguat 0,02%, dan ringgit Malaysia menguat 0,01% terhadap dolar AS.
Indeks Dolar Mengalami Kenaikan
Sementara itu, indeks dolar yang digunakan untuk mengukur nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia mencatat kenaikan. Indeks tersebut berada di level 97,89, naik dari posisi sehari sebelumnya yang ada di 97,87. Kenaikan ini menunjukkan bahwa dolar AS sedikit lebih kuat dibandingkan mata uang utama lainnya.
Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Rupiah
Beberapa faktor mungkin memengaruhi pelemahan rupiah dalam beberapa hari terakhir. Salah satunya adalah sentimen pasar terhadap kebijakan moneter bank sentral AS. Jika suku bunga AS meningkat atau prospek ekonomi AS membaik, dolar AS cenderung menguat, yang berdampak pada mata uang negara-negara lain, termasuk rupiah.
Selain itu, situasi ekonomi domestik juga bisa menjadi faktor. Ketidakstabilan inflasi, defisit neraca perdagangan, atau ketidakpastian politik dapat memengaruhi persepsi investor terhadap rupiah.
Tantangan di Masa Depan
Dengan kondisi pasar saat ini, rupiah masih menghadapi tantangan untuk kembali menguat. Namun, jika ada perbaikan dalam stabilitas ekonomi domestik dan kebijakan pemerintah yang lebih jelas, maka peluang untuk menguat kembali bisa terbuka.
Pemantauan terus-menerus terhadap perkembangan ekonomi global dan domestik sangat penting untuk memahami arah pergerakan rupiah dalam jangka pendek maupun panjang.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!