Rupiah Terancam Jatuh ke Rp 17.000 per Dolar AS

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kurs Rupiah Masih Berpotensi Melemah Hingga Akhir Tahun

Kurs rupiah masih memiliki potensi untuk melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga akhir tahun ini. Hal ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar negeri. Di tengah situasi yang tidak stabil, rupiah menghadapi tekanan dari sentimen negatif di pasar internasional serta kondisi ekonomi domestik yang belum sepenuhnya pulih.

Di pasar spot, rupiah sempat menguat sebesar 0,07% ke posisi Rp 16.738 per dolar AS pada Jumat (26/9). Namun, dalam satu minggu terakhir, kurs rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,82%, dibandingkan posisi Rp 16.601 per dolar AS pada Jumat (19/9) pekan lalu. Sementara itu, kurs rupiah Jisdor juga melanjutkan penurunan selama delapan hari perdagangan berturut-turut. Pada hari tersebut, kurs Jisdor melemah sebesar 0,14% menjadi Rp 16.775 per dolar AS. Dalam sepekan terakhir, rupiah Jisdor telah turun sebesar 1,19% dari posisi Rp 16.578 per dolar AS pada Jumat (19/9).

Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Rupiah

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah saat ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal. Salah satunya adalah situasi perang Rusia-Ukraina yang terus memanas. Perang ini menyebabkan penguatan dolar AS karena ketidakpastian di pasar global. Ukraina mendapat dukungan persenjataan dari negara-negara anggota NATO, sehingga mereka mampu menyeimbangkan pasukan Rusia. Bahkan, baru-baru ini, Ukraina melakukan serangan terhadap fasilitas kilang minyak di Rusia, yang menyebabkan produksi minyak Rusia terganggu hingga 17%.

Selain itu, konflik geopolitik di Timur Tengah juga tetap memanas. Israel terus melakukan serangan terhadap Palestina dan Yaman, sehingga pidato para pemimpin negara di Sidang Umum PBB tentang kecaman terhadap Israel terasa tidak berdampak signifikan. Selain itu, hubungan antara India dan China dengan AS juga menjadi isu penting. Meski AS meminta kedua negara tersebut tidak mengimpor minyak dari Rusia, India dan China tetap melakukannya, yang berpotensi membuat mereka terkena sanksi tarif.

Kondisi Internal yang Mengancam Rupiah

Di dalam negeri, situasi juga tidak menguntungkan bagi rupiah. Perubahan menteri keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa membawa perubahan kebijakan yang kurang disukai oleh pelaku pasar. Beberapa pernyataan Menkeu Purbaya dinilai terkesan politis dan tidak stabil. Selain itu, kebijakan pemerintah yang menyalurkan dana negara sebesar Rp 200 triliun ke himpunan bank milik negara (Himbara) juga menimbulkan kontroversi.

Meskipun ada ekspektasi kenaikan likuiditas di pasar modal, rupiah tidak merasakan dampak positif dari kebijakan ini. Pelaku pasar khawatir Himbara kesulitan menyalurkan kredit dengan dana yang diberikan. Di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil, risiko kredit macet sangat tinggi. "Ini bisa menjadi beban bagi perbankan," ujar Ibrahim.

Selain itu, rencana pemerintah yang tidak memprioritaskan Tax Amnesty Jilid III juga menciptakan ketidakpastian di pasar. Belum jelas apakah pengusaha akan segera membayar pajak setelah Tax Amnesty dihentikan. Sebelumnya, Tax Amnesty diterapkan karena banyak pengusaha tidak taat terhadap kewajiban pajak, sehingga kebijakan ini dapat diterima oleh pelaku pasar.

Prediksi Pelemahan Rupiah Hingga Akhir Tahun

Ibrahim memprediksi bahwa rupiah masih memiliki peluang untuk terus melemah hingga akhir tahun. Tanpa adanya perbaikan kebijakan secara struktural dan pernyataan-pernyataan kontroversial dari pejabat pemerintahan, rupiah sulit untuk bangkit. Selain itu, tekanan eksternal seperti konflik geopolitik dan situasi perekonomian global akan terus memengaruhi nilai tukar rupiah.

Dengan berbagai faktor tersebut, rupiah berpotensi terkoreksi hingga ke kisaran Rp 16.800 hingga Rp 17.000 per dolar AS pada akhir tahun nanti. Ini menunjukkan bahwa rupiah masih harus menghadapi tantangan besar dalam waktu dekat.