Stimulus Ekonomi Harus Diawasi untuk Kesejahteraan Industri

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Stimulus Ekonomi dan Tantangan Industri Tekstil di Indonesia

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Bidang Perindustrian, Ian Syarif, menilai bahwa berbagai stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah, seperti PPh 21 ditanggung pemerintah (DTP), revitalisasi mesin, serta Kredit Industri Padat Karya (KIPK), perlu benar-benar dikawal agar memberikan manfaat yang optimal bagi industri.

Ian menjelaskan bahwa PPh 21 DTP sejatinya lebih berfungsi sebagai tambahan pendapatan bagi pekerja ketimbang mengurangi beban biaya perusahaan. Meski demikian, peningkatan penghasilan tersebut memiliki potensi untuk menjaga daya beli masyarakat, terutama di sektor padat karya seperti tekstil.

“Jika daya beli meningkat, konsumsi produk dalam negeri akan ikut tumbuh. Indikatornya bisa terlihat dari penjualan ritel sandang dan utilisasi pabrik yang lebih tinggi,” ujar Ian kepada media.

Namun, dampak nyata dari stimulus ini tetap bergantung pada cara masyarakat menggunakan uang tambahan tersebut. Jika uang tersebut justru dialokasikan ke produk impor, maka dampaknya bagi industri dalam negeri akan sangat minim.

Selain stimulus, pemerintah juga meluncurkan program revitalisasi mesin yang bertujuan untuk menekan biaya produksi, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat daya saing industri. Sementara itu, fasilitas KIPK diharapkan dapat memberikan ruang likuiditas yang lebih baik bagi perusahaan, sehingga mengurangi risiko PHK.

Meski begitu, Ian menyebutkan bahwa ketersediaan bahan baku tetap menjadi faktor penting dalam pertumbuhan industri. Saat ini, industri tekstil masih sangat bergantung pada kapas dan serat sintetis impor, sementara pasokan lokal masih terbatas.

“Jika rantai pasok tidak terjamin, stimulus dan revitalisasi mesin tidak akan optimal,” tegasnya.

Di sisi lain, Ian melihat terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17 Tahun 2025 sebagai sinyal positif karena memperketat impor barang jadi. Menurutnya, kebijakan ini akan membantu melindungi pasar domestik dari produk murah yang merusak harga pasar.

Ke depan, penjualan tekstil masih dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti daya beli masyarakat, harga bahan baku, nilai tukar, serta kondisi ekspor. Ian menilai bahwa jika stimulus benar-benar dikawal agar produktif, ditambah dengan pengawasan impor dan pasokan bahan baku yang terjamin, peluang pertumbuhan industri tetap terbuka meski situasi global penuh ketidakpastian.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Industri Tekstil

Berikut beberapa faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan industri tekstil:

  • Daya beli masyarakat: Tingkat penghasilan dan kepercayaan konsumen terhadap produk dalam negeri sangat berpengaruh.
  • Harga bahan baku: Ketersediaan dan stabilitas harga bahan baku seperti kapas dan serat sintetis memengaruhi biaya produksi.
  • Nilai tukar: Perubahan kurs rupiah terhadap mata uang asing dapat memengaruhi biaya impor dan kompetitivitas produk.
  • Kondisi ekspor: Permintaan dari pasar luar negeri menjadi salah satu sumber pendapatan utama industri tekstil.

Langkah-Langkah yang Diperlukan untuk Meningkatkan Daya Saing

Untuk memastikan industri tekstil tetap berkembang, diperlukan beberapa langkah strategis, antara lain:

  • Penguatan rantai pasok: Memastikan ketersediaan bahan baku lokal yang cukup dan stabil.
  • Peningkatan efisiensi produksi: Melalui modernisasi mesin dan teknologi yang lebih canggih.
  • Pengawasan impor: Mengendalikan masuknya produk impor yang tidak sesuai standar atau merusak harga pasar.
  • Peningkatan kualitas produk: Memperkuat inovasi dan desain produk agar lebih diminati pasar.

Dengan kombinasi langkah-langkah tersebut, industri tekstil di Indonesia dapat tetap tumbuh dan bersaing secara sehat di tengah tantangan global.