Surplus Dagang RI Diperkirakan Menyempit di September 2025, Ini Penyebabnya

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia pada September 2025

Neraca perdagangan Indonesia pada bulan September 2025 diperkirakan masih menunjukkan surplus. Namun, besaran surplus tersebut diprediksi akan mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang memengaruhi pola ekspor dan impor negara.

David Sumual, Chief Economist Bank Central Asia (BCA), menjelaskan bahwa surplus neraca perdagangan yang terjadi pada Agustus 2025 sebesar US$ 5,3 miliar terutama disebabkan oleh aktivitas frontloading dari para eksportir. Frontloading merujuk pada kebijakan para pelaku usaha untuk meningkatkan volume ekspor sebelum adanya perubahan kebijakan tarif impor, seperti yang diumumkan oleh Amerika Serikat.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, tren surplus neraca perdagangan Indonesia masih berlanjut pada Agustus 2025. Bahkan, angka surplus bulan Agustus lebih besar dibandingkan bulan Juli yang mencapai US$ 4,17 miliar. David menyatakan bahwa agresivitas eksportir dalam melakukan frontloading bertujuan untuk menghindari pengenaan tarif resiprokal dari pihak AS.

Meski demikian, David memperkirakan bahwa surplus neraca dagang RI masih akan terjadi pada bulan berikutnya, meskipun dengan besaran yang sedikit mengecil. Ia menegaskan bahwa hal ini disebabkan oleh berkurangnya aktivitas frontloading.

Pemerintah Menganggap Ini Sebagai Sinyal Positif

Pemerintah melihat situasi ini sebagai sinyal positif terhadap kinerja ekspor Indonesia. Hal ini sejalan dengan perubahan tren global akibat penerapan tarif impor oleh pemerintah AS. Dengan adanya kebijakan tersebut, pelaku industri cenderung meningkatkan ekspor sebelum tarif diberlakukan.

Secara kumulatif, surplus neraca dagang selama periode Januari-Agustus 2025 mencapai US$ 41,06 miliar. Angka ini meningkat sebesar 52,3% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar US$ 32,7 miliar. Menurut Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, pertumbuhan ini sangat spektakuler. Meskipun ada indikasi bahwa sebagian dari peningkatan ekspor dilakukan karena strategi industri untuk menghindari tarif impor AS sebesar 19% yang mulai berlaku pada 7 Agustus.

Penurunan Defisit dan Peningkatan Ekspor Non-Migas

Tren surplus neraca perdagangan periode Januari-Agustus 2025 juga dipengaruhi oleh peningkatan surplus dagang nonmigas. Saat ini, defisit neraca perdagangan nonmigas telah menyusut dari US$ 13,7 miliar pada tahun lalu menjadi US$ 12,1 miliar pada Januari-Agustus 2025.

Pertumbuhan ekspor non-migas selama periode Januari-Agustus mencapai 7,3% secara year on year (yoy). Penguatan ekspor ini didorong oleh sektor industri dan pertanian. Secara keseluruhan, kinerja ekspor pada Januari-Agustus 2025 tercatat sebesar US$ 185,3 miliar atau tumbuh sebesar 7,8% secara tahunan dibandingkan periode yang sama di 2024 sebesar US$ 171,9 miliar.

Kenaikan Ekspor pada Bulan Agustus

Khusus pada Agustus 2025, kenaikan ekspor secara tahunan didukung oleh sektor industri pengolahan. Komoditas logam dasar seperti nikel dan tembaga menjadi salah satu penyumbang utama peningkatan ekspor. Purbaya menjelaskan bahwa dampak arus barang bea cukai Agustus memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja ekspor.

Ia menambahkan bahwa peningkatan ekspor ini sejalan dengan upaya hilirisasi mineral yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan fokus pada pengembangan sektor industri, Indonesia berupaya meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimiliki.