Bahlil: Tambang Freeport Masih Tidak Beroperasi, Fokus Selamatkan Pekerja Terjebak Longsor

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

PTFI Masih Tidak Beroperasi Akibat Longsoran di Grasberg Block Cave

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa tambang PT Freeport Indonesia (PTFI) saat ini masih belum beroperasi. Hal ini terjadi sejak insiden longsor yang terjadi di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) pada Senin (8/9). Insiden tersebut menimbulkan kekhawatiran besar terhadap keselamatan pekerja dan operasional perusahaan.

Bahlil menyebutkan bahwa hingga saat ini, baru dua pekerja yang berhasil ditemukan dan dievakuasi. Namun, lima pekerja lainnya masih dalam pencarian. “Sejak longsoran terjadi, saya langsung berkoordinasi dengan manajemen PTFI. Kami memutuskan untuk menghentikan seluruh aktivitas produksi dan fokus sepenuhnya pada proses pencarian pekerja yang terjebak di tambang GBC,” ujarnya dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jumat (26/9).

Menurut Bahlil, sudah tiga minggu tambang PTFI tidak beroperasi. Dampak dari penutupan ini tentu sangat signifikan, baik bagi pendapatan perusahaan maupun daerah. “Sampai hari ini, belum ada produksi yang dilakukan. Kami tetap fokus mencari pekerja yang belum ditemukan,” katanya.

Selain itu, Bahlil mengatakan bahwa dirinya terus berkomunikasi dengan Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, terkait situasi ini. Ia juga telah mengirimkan tim yang terdiri dari Direktur Inspektur Tambang dan pihak lainnya untuk berada di lokasi GBC. Tim tersebut melaporkan bahwa proses evakuasi masih berlangsung dan belum ada aktivitas produksi apapun.

Prognosis Operasional Tambang Hingga 2027

Freeport McMoran (FCX), induk perusahaan PTFI, memprediksi bahwa tambang bawah tanah GBC baru akan kembali beroperasi pada tahun 2027. Prediksi ini dibuat setelah terjadinya longsoran material basah sebanyak 800 ribu ton. PTFI sedang mengevaluasi dampak insiden ini terhadap rencana produksi jangka panjang.

Akibat longsoran, perusahaan memperkirakan adanya revisi jumlah produksi yang bergantung pada jadwal perbaikan dan pemulihan bertahap. Dari penilaian awal, dampak longsoran ini kemungkinan akan menyebabkan penundaan produksi yang signifikan, terutama pada kuartal IV 2025 dan tahun 2026.

“Kembalinya tambang (GBC) ke tingkat operasi sebelum insiden berpotensi tercapai pada 2027,” demikian perusahaan menyampaikan dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (25/9).

Peran GBC dalam Produksi PTFI

Berdasarkan data FCX, tambang GBC memiliki komposisi 50% dari cadangan mineral yang ada di PTFI hingga 2024. Hasil tambang ini mewakili 70% produksi tembaga dan emas yang diperkirakan hingga 2029.

Longsoran terjadi di salah satu dari lima blok produksi di GBC. Meski hanya satu blok yang terkena dampak, kerusakan infrastruktur akibat longsoran ini memengaruhi operasi blok-blok lain di GBC. Saat ini, produksi PTFI berasal dari tiga tambang, yaitu GBC, Deep Mill Level Zone (Deep MLZ), dan Big Gossan.

Perusahaan memperkirakan bahwa tambang Big Gossan dan Deep MLZ yang tidak terdampak longsoran bisa memulai kembali operasinya pada pertengahan kuartal empat 2025. Namun, operasi tambang GBC sendiri masih membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih sepenuhnya.