
Koperasi Desa Merah Putih dalam Proyek Strategis Nasional 100 Gigawatt PLTS
Keterlibatan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) 100 Gigawatt Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dinilai memiliki potensi besar untuk memperkuat basis ekonomi masyarakat serta menghadapi tantangan iklim di Indonesia. Dalam diskusi publik yang digelar oleh Rumah Energi di Jakarta, Elviandi RS, Asisten Deputi Bidang Pengembangan Produksi Kementerian Koperasi, menyampaikan bahwa PLTS dapat menjadi sumber pemenuhan kebutuhan listrik sekaligus pendapatan koperasi melalui penjualan energi terjangkau.
Diskusi tersebut bertema “Pendekatan Koperasi Hijau dan Peluang Koperasi Desa Merah Putih dalam Proyek Strategis Nasional 100 GW PLTS”. Elviandi menilai bahwa PLTS yang dikelola KDMP akan memberikan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan. Dampak ini dirasakan dari perluasan akses listrik untuk mendukung produktivitas masyarakat, mendukung rantai pasok energi bersih, mempercepat transisi energi, serta menurunkan emisi gas rumah kaca. Selain itu, partisipasi dalam program ini menjadikan Kopdes sebagai katalis pertumbuhan ekonomi inklusif dan tangguh iklim.
Selain itu, pemerintah juga berencana mengurangi subsidi listrik melalui proyek PLTS. Pemerintah siap membangun PLTS di seluruh Indonesia dengan kapasitas 1 Megawatt per desa. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Perkembangan industri modul surya juga memerlukan insentif bea masuk bahan baku PLTS agar bisa berkembang lebih pesat. Dengan adanya insentif ini, industri lokal akan lebih kuat dan mampu bersaing secara global.
Dari segi ekonomi, PLTS yang dikelola oleh KDMP dinilai mampu menciptakan lapangan kerja baru di bidang energi terbarukan sekaligus memotong kemiskinan energi. Kepala Balai Besar Survei dan Penguatan Ketenagalistrikan EBTKE Kementerian ESDM, Harris, menambahkan bahwa keberadaan PLTS dapat membantu Koperasi Desa Merah Putih yang saat ini belum teraliri listrik.
“Koperasi energi melalui PLTS akan mendukung kegiatan produktif, seperti desa nelayan yang ada tantangan terhadap cold storage, bisa dikolaborasikan dengan PLTS,” kata Harris. Ia mencontohkan, fasilitas seperti pompa untuk aktivitas pertanian juga bisa disuplai energinya oleh PLTS.
Perlu Skema Pengembangan dan Model Bisnis Baru
Direktur Eksekutif Rumah Energi, Sumanda Tondang, menegaskan bahwa diperlukan skema pengembangan dan model bisnis baru bagi koperasi di sektor energi. Tujuannya adalah agar pengelolaannya mampu mendorong ekosistem ekonomi, sosial, dan lingkungan di desa, serta memperluas distribusi listrik ke masyarakat.
Ia menyoroti pentingnya keterlibatan generasi muda dalam lembaga koperasi. Keterlibatan ini akan membantu regenerasi dan pembaruan dalam struktur koperasi. Selain itu, keterlibatan generasi muda juga akan menciptakan peluang kerja ramah lingkungan atau green jobs.
Dengan demikian, regenerasi kepengurusan koperasi dapat berjalan seiring tumbuhnya ekosistem energi bersih di desa. Keterlibatan koperasi dalam proyek PLTS tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam menjawab tantangan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!