
Peluang Pemulihan Indeks LQ45 di Tengah Perubahan Pasar
Indeks LQ45, yang sepanjang tahun ini tertinggal dari IHSG, dinilai masih memiliki peluang untuk mengalami rebound ke depan. Hal ini didorong oleh penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan potensi pemulihan kinerja sektor perbankan. Meski indeks tersebut tidak mampu mengejar pertumbuhan IHSG yang naik hampir 15% sejak awal tahun, ada indikasi bahwa situasi bisa berubah.
Menurut Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, pergerakan indeks LQ45 selama 2025 terlihat kurang bertenaga. Namun, ia menyatakan bahwa investor saat ini lebih tertarik pada saham-saham di luar LQ45. Beberapa saham konglomerasi seperti BRPT, BREN, CUAN, TPIA, dan DSSA, serta Grup Salim dengan AMMN dan PANI, serta emiten data center seperti DCII, menjadi penopang utama penguatan indeks komposit.
Liza menjelaskan bahwa tema-tema yang sedang diminati pasar, seperti transisi energi, hilirisasi nikel, properti superblok, digitalisasi, dan green energy, banyak ditemukan di saham-saham tersebut. Sebaliknya, saham blue chip lama belum mampu menarik minat investor secara signifikan.
Meskipun demikian, ia tetap optimis bahwa peluang LQ45 untuk kembali bangkit tetap terbuka. Penurunan BI Rate diyakini dapat mendorong kinerja perbankan, khususnya melalui peningkatan penyaluran kredit dan perbaikan net interest margin (NIM). Likuiditas tambahan yang sudah digelontorkan pemerintah dinilai masih sebatas memicu reaksi pasar. Uji sesungguhnya akan terlihat di akhir tahun, apakah benar-benar mampu terserap ke kredit perbankan yang saat ini masih relatif lesu.
Selain perbankan, Liza menilai saham telekomunikasi dan konsumsi juga memiliki peluang untuk kembali dilirik jika stabilitas rupiah terjaga dan aliran dana asing kembali masuk. Ini bisa memberikan amunisi tambahan bagi indeks LQ45 untuk memperbaiki kinerjanya.
Ia menekankan bahwa investor tetap perlu menyeimbangkan portofolio. Menurutnya, saham perbankan LQ45 masih layak dipegang untuk jangka menengah, tetapi tidak bisa mengabaikan momentum yang sedang terjadi di saham konglomerasi baru. Strategi terbaik adalah memegang sebagian saham bank LQ45 untuk jangka menengah, sambil tetap membuka mata terhadap saham konglomerasi yang sedang naik.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga perdagangan Rabu (24/9/2025) menunjukkan bahwa LQ45 terkoreksi 2,16% YtD ke level 808,77. Capaian ini berbanding terbalik dengan performa IHSG yang naik 14,78% YtD. Meski begitu, peluang pemulihan tetap terbuka, terutama jika kondisi ekonomi dan kebijakan moneter terus mendukung pertumbuhan sektor-sektor strategis.
Investor perlu memantau perkembangan pasar secara cermat dan membuat keputusan investasi yang matang. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, baik itu dari segi fundamental maupun teknikal, investor dapat memaksimalkan peluang yang ada di pasar modal.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!