
Penyaluran Pupuk Subsidi Masih Jauh dari Target
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian mencatat bahwa penyerapan pupuk organik masih rendah. Data menunjukkan bahwa para petani lebih memilih menggunakan pupuk anorganik seperti urea dan NPK karena dianggap lebih cepat memberikan hasil. “Petani menginginkan respons yang instan,” ujar Kapoksi Pengawasan Pupuk, Hendry Rahman dalam diskusi bersama Ombudsman RI di Jakarta Selatan.
Hendry menyebutkan bahwa minat petani terhadap pupuk organik bersubsidi masih rendah karena bentuknya yang berupa granul. Menurutnya, pupuk organik seharusnya berbentuk remah dengan tekstur yang lebih kasar mirip kompos. “Mungkin ke depan kami bisa menyediakan alternatif antara granul dengan remah,” tambahnya.
Selain masalah komposisi dan nutrisi pada pupuk organik, Hendry juga menyadari bahwa rendahnya minat masyarakat terhadap barang subsidi ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penyaluran pupuk organik bersubsidi sempat dihentikan sebelumnya, sehingga masyarakat tidak memiliki informasi tentang ketersediaannya.
Realisasi Penyaluran Pupuk Subsidi
Berdasarkan data PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), penyaluran pupuk subsidi hingga 24 September 2025 baru mencapai 5,5 juta ton. Angka ini masih jauh dari target alokasi sebesar 9,5 juta ton untuk tahun ini. Khusus untuk pupuk organik subsidi yang dialokasikan sebanyak 500 ribu ton, penyalurannya hingga September hanya mencapai 115.467 ton saja.
SVP Strategi Penjualan dan Pelayanan PIHC, Deni Dwiguna Sulaeman mengakui bahwa realisasi penyaluran pupuk subsidi hingga akhir kuartal tiga 2025 masih jauh dari target alokasi sebesar 9,55 ton. Hingga 24 September 2025, pemerintah baru mengalokasikan sebanyak 5,5 juta ton atau 58 persen dari target alokasi. “Kalau dibagi per kuartal, seharusnya sekarang sudah 75 persen,” ujar Deni dalam agenda yang sama.
Deni melihat adanya peluang penambahan permintaan pupuk subsidi menjelang akhir 2025. Ia merujuk pada data penyaluran harian pupuk subsidi yang mulai meningkat belakangan ini ke angka 30 ribu ton per hari. “Jadi kalau dihitung sampai akhir tahun, kurang lebih 90 hari lagi, akan ada tambahan tentunya,” kata Deni.
Tantangan dan Peluang di Sektor Pupuk
Dari berbagai sumber, terlihat bahwa tantangan utama dalam penyaluran pupuk subsidi adalah kesadaran petani terhadap manfaat jangka panjang pupuk organik. Meski pupuk anorganik memberikan hasil instan, penggunaannya secara berlebihan dapat merusak kualitas tanah dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, diperlukan strategi yang lebih efektif dalam sosialisasi dan edukasi kepada petani tentang pentingnya penggunaan pupuk organik. Selain itu, perlu adanya inovasi dalam bentuk produk pupuk organik agar sesuai dengan kebutuhan petani.
Kementerian Pertanian dan PIHC perlu bekerja sama untuk meningkatkan penyaluran pupuk subsidi, baik secara kuantitas maupun kualitas. Dengan adanya peningkatan penyaluran, diharapkan dapat mendukung produktivitas pertanian nasional secara berkelanjutan.
Langkah-Langkah yang Dapat Dilakukan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang manfaat pupuk organik.
- Mengembangkan variasi bentuk pupuk organik agar lebih sesuai dengan kebutuhan petani.
- Memperkuat koordinasi antara pemerintah dan lembaga terkait dalam distribusi pupuk.
- Melakukan evaluasi berkala terhadap penyaluran pupuk subsidi untuk memastikan pencapaian target.
Dengan adanya upaya-upaya tersebut, diharapkan dapat meningkatkan penyerapan pupuk organik dan memenuhi target penyaluran yang telah ditetapkan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!