Penerbitan Obligasi Jadi Katalis Positif untuk INKP, Ini Rekomendasinya

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penerbitan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 5,26 Triliun untuk Kinerja Perusahaan

PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) akan menerbitkan obligasi dan sukuk senilai total Rp 5,26 triliun. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas serta kinerja perusahaan jika dikelola dengan baik. Dalam prospektus ringkas yang dirilis di Keterbukaan Informasi BEI, INKP mengumumkan penawaran tiga surat utang berbeda.

Jenis Surat Utang yang Ditawarkan

Pertama, INKP menawarkan Obligasi Berkelanjutan V Indah Kiat Pulp and Paper Tahap V Tahun 2025 dengan jumlah pokok sebesar Rp 3,94 triliun. Obligasi ini terbagi menjadi dua seri: Seri A dengan tenor tiga tahun senilai Rp 849,54 miliar dengan bunga 9%, dan Seri B dengan tenor lima tahun senilai Rp 3,09 triliun dengan bunga 9,50%.

Kedua, INKP juga menawarkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan IV Indah Kiat Pulp and Paper Tahap V Tahun 2025 dengan total dana sebesar Rp 1,10 triliun. Besaran bagi hasil sukuk ini adalah 73,42% atau setara dengan 9,50% untuk jangka waktu 5 tahun.

Ketiga, INKP menawarkan Obligasi USD Berkelanjutan II Indah Kiat Pulp and Paper Tahap IV Tahun 2025 dengan jumlah pokok sebesar US$ 12,51 juta atau setara Rp 209,70 miliar. Obligasi ini dibagi ke dalam tiga seri: Seri A dengan tenor 370 hari senilai US$ 5,82 juta dengan imbal hasil 5,50%; Seri B dengan tenor 3 tahun senilai US$ 2,63 juta dengan bunga 6,75%; dan Seri C dengan tenor 5 tahun senilai US$ 4,06 juta dengan bunga 7,75%.

Penggunaan Dana Hasil Penawaran

Dana dari obligasi rupiah sekitar Rp 1,57 triliun akan digunakan INKP untuk membayar sebagian utang dalam mata uang Rupiah, seperti pembayaran angsuran pokok pinjaman dan/atau bunga bank. Sisanya akan dialokasikan untuk modal kerja, termasuk pembelian bahan baku, bahan pembantu produksi, energi, bahan bakar, barang kemasan, serta biaya overhead.

Sementara itu, dana dari obligasi USD sekitar US$ 7,51 juta akan digunakan untuk membayar sebagian utang dalam mata uang USD. Penggunaan dana yang tersisa akan sama dengan dua surat utang lainnya.

Kondisi Keuangan Perusahaan

Hingga akhir Juni 2025, INKP memiliki total liabilitas senilai US$ 5,77 miliar. Laba perusahaan turun 41,28% YoY dari US$ 278,75 juta menjadi US$ 163,69 juta. Penurunan ini juga terjadi pada pos penjualan, yaitu turun 2,44% YoY dari US$ 1,60 miliar menjadi US$ 1,56 miliar.

Meski begitu, analis Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer melihat prospek INKP masih menarik. Menurutnya, penerbitan obligasi bisa memberi ruang likuiditas tambahan jika dikelola dengan baik, sehingga menjadi katalis positif bagi kinerja perusahaan ke depan.

Prediksi Pertumbuhan dan Rekomendasi

Miftah memprediksi bahwa pendapatan dan laba INKP akan tumbuh moderat double digit, didukung oleh pemulihan harga pulp & paper dan ekspansi kapasitas produksi. Pertumbuhan ini juga akan didukung oleh pemulihan permintaan ekspor pulp and paper.

Namun, INKP perlu waspada terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah dan persaingan pasar kertas global yang ketat. Secara keseluruhan, Miftah melihat potensi upside INKP, terutama jika program obligasi berjalan lancar dan permintaan ekspor menunjukkan tren positif.

Akhirnya, Miftah merekomendasikan trading buy saham INKP dengan target harga Rp 8.375 per lembar saham.