
Penutupan Pabrik di Eropa, Stellantis Kurangi Produksi Mobil
Perusahaan otomotif besar asal Eropa, Stellantis, mengumumkan rencana untuk mengurangi produksi mobil di beberapa pabriknya yang berada di kawasan Eropa. Keputusan ini dilakukan setelah terjadi penurunan permintaan mobil di pasar Eropa. Hal ini menjadi tanda adanya perubahan signifikan dalam dinamika industri otomotif.
Sebelumnya, produsen mobil asal Amerika Serikat (AS), Ford, juga telah mengumumkan pemecatan sejumlah pekerja di Koeln, Jerman. Pemecatan ini berkaitan dengan rencana Ford untuk menurunkan produksi mobil listrik di pasar Eropa. Langkah ini menunjukkan bahwa banyak perusahaan otomotif sedang menghadapi tantangan serius dalam menjaga daya saing di wilayah Eropa.
Penutupan Empat Pabrik di Eropa
Stellantis berencana untuk menutup empat pabriknya di beberapa negara Eropa, termasuk Prancis, Italia, Jerman, dan Polandia. Penutupan ini akan dilakukan dalam beberapa bulan ke depan. Salah satu pabrik yang akan ditutup adalah pabrik di Eisenach, Jerman, yang memproduksi SUV Opel Grandland mulai pekan depan.
Di samping itu, pabrik mobil Stellantis di Tychy, Polandia, serta pabrik Fiat di Napoli, Italia, akan ditutup dalam waktu delapan hari ke depan. Sementara itu, pabrik Stellantis di luar Paris, Prancis, akan ditutup pada paruh kedua Oktober. Perubahan ini menimbulkan kekhawatiran dari beberapa persatuan pekerja di Eropa.
Penurunan penjualan mobil tersebut dipengaruhi oleh tingginya persaingan dengan mobil buatan China dan tekanan tarif resiprokal dari AS. Dengan situasi ini, Stellantis harus segera menyesuaikan strategi produksi agar tetap bertahan di pasar yang semakin kompetitif.
Menyesuaikan Produksi dengan Permintaan Pasar
Langkah penutupan pabrik ini dilakukan karena beberapa model mobil yang diproduksi kurang diminati oleh konsumen di Eropa. Tujuan utamanya adalah untuk menyesuaikan jumlah produksi sesuai dengan permintaan pasar. Perusahaan juga ingin mengatur inventori secara efisien hingga akhir 2025.
“Stellantis beradaptasi dengan ritme produksi di beberapa pabriknya di Eropa. Ini berfungsi untuk menyesuaikan kecepatan produksi dengan tantangan pasar di Eropa sembari mengatur inventori seefisien mungkin sebelum akhir 2025,” ujar perusahaan dalam pernyataannya.
Selain itu, Stellantis mengalami kelebihan kapasitas produksi di Eropa akibat ekspansi produsen mobil China, BYD. Selain itu, penjualan mobil Jeep dan Dodge yang berada di bawah naungan Stellantis di AS juga mengalami penurunan.
Penolakan Produksi Kendaraan Militer
Pada Maret, CEO Stellantis, John Elkann, menyampaikan pernyataan bahwa perusahaan tidak membutuhkan hubungan dengan militer untuk tetap bertahan. Pernyataan ini dikeluarkan setelah beberapa pemerintah Eropa meminta perusahaan mobil untuk berkontribusi dalam industri pertahanan.
“AS dan China memiliki industri perang yang penting dan sebuah industri otomotif yang penting. Kami tidak percaya bahwa ini adalah pilihan antara industri perang atau industri mobil. Namun, mungkin bahwa kedua industri ini tetap kuat satu sama lain,” ujarnya.
Beberapa negara Eropa, termasuk Jerman, sedang meningkatkan anggaran pertahanan. Pemerintah Jerman bahkan mengajak beberapa produsen suku cadang mobil, seperti Schaeffler AG dan Volkswagen, untuk terlibat dalam industri pertahanan. Namun, Stellantis memilih untuk fokus pada bisnis utama mereka tanpa terlibat dalam industri militer.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!