Dwi Hartono: Dalang Penculikan Kacab Bank BUMN dan Pembobol Rekening Dormant

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kasus Pembobolan Rekening Dormant dan Keterlibatan dalam Penculikan serta Pembunuhan

Kasus besar pembobolan rekening dormant senilai Rp 204 miliar yang menyeret sejumlah tersangka lintas profesi kini mengungkap fakta baru. Dua dari tersangka, Candy alias Ken (41) dan Dwi Hartono (40), ternyata juga terlibat dalam kasus penculikan dan pembunuhan Kepala Kantor Cabang (Kacab) bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta (37). Hal ini diungkap oleh Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Pol Helfi Assegaf.

Menurut Helfi, dari sembilan pelaku yang terlibat dalam kasus pembobolan dana nasabah, dua orang tersangka berinisial C alias K dan DH menjadi bagian dari sindikat jaringan pembobolan dana nasabah yang menargetkan rekening dormant. Selain itu, mereka juga terlibat dalam kasus penculikan terhadap kepala cabang BRI yang saat ini ditangani oleh Ditreskrimum Polda Metro.

Peran Candy dan Dwi Hartono dalam Jaringan Pembobolan Rekening

Dalam jaringan pembobolan rekening, Candy berperan sebagai mastermind. Ia mengklaim kelompoknya merupakan bagian dari Satuan Tugas Perampasan Aset untuk menipu korban. Sementara itu, Dwi Hartono bertugas membuka blokir rekening dan memindahkan dana yang dibekukan.

Sejak awal Juni 2025, sindikat ini melakukan pertemuan dengan kepala cabang pembantu salah satu Bank BNI di Jawa Barat untuk merencanakan pemindahan dana pada rekening dormant. Penjelasan ini disampaikan oleh Helfi di Bareskrim Polri.

Selain keduanya, polisi juga menetapkan tujuh tersangka lain dengan peran berlapis:

  • AP (50), kepala cabang pembantu bank, memberi akses ke aplikasi core banking system.
  • GRH (43), consumer relations manager, menjadi penghubung antara sindikat dan pihak internal bank.
  • DR (44), konsultan hukum, merancang strategi eksekusi sekaligus memberi perlindungan.
  • NAT (36), mantan pegawai bank, melakukan akses ilegal dan transfer dana ke rekening penampungan.
  • R (51), mediator sekaligus penerima aliran dana.
  • TT (38), fasilitator keuangan ilegal dan pengelola hasil kejahatan.
  • IS (60), penyedia rekening penampungan hasil pembobolan.

Hubungan dengan Penculikan dan Pembunuhan Kacab

Keterlibatan Candy dan Dwi Hartono tidak hanya berhenti di kasus perbankan. Mereka juga disebut sebagai dalang penculikan dan pembunuhan Mohamad Ilham Pradipta, kepala KCP bank BUMN. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, menegaskan bahwa motif penculikan berkaitan dengan rencana pemindahan dana dari rekening dormant.

Para pelaku berencana melakukan pemindahan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan yang telah dipersiapkan. Namun untuk itu, mereka memerlukan otoritas dari kepala bank. Pertemuan antara Candy dan Dwi pada Juni 2025 menjadi titik awal rencana penculikan. Dengan bantuan tim IT dan sejumlah eksekutor, mereka menargetkan Ilham agar bisa melancarkan akses ke sistem bank.

Struktur Jaringan Penculikan

Polda Metro Jaya mencatat, ada 18 orang yang terlibat dalam penculikan dan pembunuhan Ilham, yakni 15 warga sipil dan 2 prajurit Kopassus, sementara 1 orang sipil masih buron. Adapun struktur jaringan penculikan dan pembunuhan Mohamad Ilham Pradipta adalah sebagai berikut:

  • Dalang (mastermind): Candy alias Ken, Dwi Hartono, AAM alias A (38), dan JP (40).
  • Eksekutor penculikan: Erasmus Wawo (27), REH (23), JRS (35), AT (29), dan EWB (43).
  • Militer terlibat: Kopda FH (32) menyediakan tim penculik, Serka N (48) merekrut eksekutor atas perintah Dwi Hartono.
  • Eksekutor penganiayaan: JP, MU (44), dan DSD (44).
  • Kelompok surveillance: Wiranto (38), Eka Wahyu (20), Rohmat Sukur (40), dan AS (25), yang bertugas membuntuti korban sebelum dieksekusi.