
PDI Perjuangan Tegaskan Tidak Ada Ruang untuk Rasis di Tubuh Partai
Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Sutrisno Pangaribuan, menegaskan bahwa partai berlambang banteng moncong putih ini tidak akan mengizinkan tindakan rasis dalam tubuhnya. Pernyataan tersebut disampaikan sebagai respons terhadap pemasangan spanduk yang dinilai berbau rasis di eks kantor DPC PDI Perjuangan Kota Medan oleh pihak yang mengaku sebagai “kader militan”.
Sutrisno menilai bahwa peristiwa tersebut sebenarnya adalah hal kecil yang tidak perlu diperbesar. Ia menekankan agar para pengurus DPC PDI Perjuangan Medan tidak merespons secara reaktif, apalagi melalui media massa. Menurutnya, komentar dan opini yang saling melempar justru akan memicu masalah baru.
“Jika benar para pengurus partai terganggu karena spanduk, maka segera cari pelakunya, tangkap, dan serahkan ke Polrestabes Medan untuk proses hukum,” ujarnya dalam pernyataan tertulis.
Ia juga mengingatkan semua kader untuk belajar dari pepatah Batak: “ndang matutung pamangan mandok api”, yang artinya “mulut tidak terbakar dengan mengatakan api”. Sutrisno menekankan bahwa cara curhat ke media tidak akan menyelesaikan masalah, melainkan memperburuk situasi.
Dalam pernyataannya, Sutrisno menyampaikan beberapa pandangan penting, antara lain:
- Kader PDI Perjuangan diminta menghentikan aksi saling lempar komentar di media massa yang memperkeruh suasana.
- DPC PDI Perjuangan Medan perlu membentuk tim pencari fakta untuk menemukan aktor intelektual maupun pelaku lapangan pemasangan spanduk rasis.
- Seluruh tindakan kader harus berlandaskan AD/ART dan peraturan partai. Pelanggaran akan dikenai sanksi.
- DPC PDI Perjuangan Medan harus segera membuat laporan polisi ke Polrestabes Medan.
Tindakan mengatasnamakan “kader militan” dianggap sebagai bentuk penghianatan terhadap partai. Sutrisno menegaskan bahwa semua yang terlibat harus dipecat dan diproses hukum. Jika tindakan itu berkaitan dengan Konpercab partai, maka calon yang terhubung dengan pelaku harus dipecat.
Selain itu, kader yang melakukan playing victim atau manipulasi demi simpati juga harus dipecat dan diproses hukum. Begitu pula dengan kader yang terlibat namun berpura-pura mencuci tangan dengan mengecam pelaku, mereka juga harus dipecat dan diproses hukum.
Sutrisno menegaskan bahwa sebagai partai ideologis, PDI Perjuangan telah terbukti solid menghadapi berbagai ujian bangsa. Partai ini memang membuka ruang demokrasi, tetapi tidak memberi tempat bagi politik SARA, fitnah, disinformasi, dan kebencian.
“Kompetisi dalam demokrasi adalah keniscayaan, tetapi kontestasi dengan sentimen SARA adalah penghianatan,” pungkas Sutrisno.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!