BMI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Sulit Capai 8%, Ini Penyebabnya

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Menurun

Berdasarkan analisis dari lembaga riset, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan di bawah target yang ditetapkan. Dalam laporan terbaru mereka, BMI Research, salah satu unit riset Fitch Solutions, menyatakan bahwa target pertumbuhan sebesar 8% yang diusung oleh Presiden RI, Prabowo Subianto, akan sulit untuk dicapai.

Beberapa faktor yang memengaruhi prospek ekonomi Indonesia antara lain adalah tarif impor dari Amerika Serikat, tingginya angka pengangguran di kalangan pemuda, serta kebijakan pemerintah yang memperluas wewenang militer. Semua ini berpotensi menjadi hambatan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

Dalam laporan tersebut, BMI Research memproyeksikan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hanya akan tumbuh rata-rata sebesar 4,8% hingga tahun 2034. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan target pemerintah sebesar 8%. Proyeksi ini juga lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,1% dalam satu dekade terakhir, kecuali pada masa pandemi.

BMI menilai bahwa ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini gagal meniru pola pertumbuhan berbasis ekspor seperti yang dilakukan oleh negara-negara tetangga, termasuk Tiongkok. Sementara itu, sektor manufaktur dalam negeri terus mengalami penurunan.

Sektor tekstil dan pakaian menjadi salah satu yang paling rentan karena menghadapi ancaman ganda dari tarif tinggi AS dan banjir produk murah dari Tiongkok. Kondisi ini berpotensi menyebabkan PHK, yang pada akhirnya dapat menekan konsumsi dan investasi.

Di sisi lain, risiko politik juga semakin meningkat. BMI Research menyoroti adanya indikasi kemunduran demokrasi seiring dengan semakin kuatnya peran militer di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, yang memiliki latar belakang sebagai jenderal purnawirawan. Selain itu, gejolak sosial akibat biaya hidup yang tinggi bisa mendorong pemerintah untuk melakukan belanja yang berlebihan.

“Faktor-faktor tersebut, ditambah ketidakpastian geopolitik global, berpotensi menggerus kepercayaan investor dan memperlambat pertumbuhan investasi jangka panjang,” tulis BMI Research.

Lebih lanjut, BMI Research memperkirakan bahwa PDB per kapita Indonesia hanya akan mencapai sekitar US$7.070 pada tahun 2034. Hal ini berarti Indonesia kemungkinan besar akan tetap berada dalam kategori negara berpendapatan menengah atas (upper middle income) sesuai klasifikasi Bank Dunia.

Pemerintah sendiri menargetkan bahwa Indonesia dapat masuk ke dalam kategori negara berpendapatan tinggi pada tahun 2045, sesuai dengan cetak biru pembangunan jangka panjang. Indonesia baru saja kembali menyandang status upper middle income pada tahun 2023 setelah sempat turun kelas akibat dampak pandemi.