Krisis Penjualan, Starbucks Tutup Toko dan Pecat Karyawan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Restrukturisasi Besar-besaran yang Dilakukan Starbucks

Starbucks Corporation mengumumkan rencana restrukturisasi besar-besaran dengan anggaran sebesar 1 miliar dolar AS (setara Rp16,7 triliun). Rencana ini mencakup penutupan sekitar 1 persen dari kedai di Amerika Utara dan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 900 staf non-ritel. Perusahaan yang saat ini memiliki 18.734 kedai hingga 29 Juni 2025, memperkirakan jumlahnya akan berkurang menjadi sekitar 18.300 kedai pada akhir September.

CEO Starbucks Brian Niccol menyatakan bahwa langkah ini diperlukan untuk mengatasi penurunan penjualan dan memperbaiki kinerja keuangan perusahaan. Ia juga memberikan pesan khusus kepada seluruh karyawan, menekankan bahwa tindakan ini akan berdampak pada mitra dan pelanggan. Menurutnya, kedai kopi Starbucks adalah pusat komunitas, dan menutup lokasi mana pun merupakan hal yang sangat sulit.

Biaya Besar untuk Restrukturisasi

Untuk mendukung program penutupan dan pemutusan kerja, Starbucks telah menyiapkan dana besar. Total biaya restrukturisasi mencapai 150 juta dolar AS (setara Rp2,5 triliun) untuk kompensasi karyawan, serta 850 juta dolar AS (setara Rp14,2 triliun) untuk penutupan kedai dan penghentian sewa. Sebagian besar, sekitar 90 persen, dialokasikan untuk pasar Amerika Utara.

Niccol menjelaskan bahwa pekerja yang terdampak tidak akan dibiarkan tanpa perlindungan. Perusahaan akan memberikan paket pesangon serta dukungan yang murah hati. Pemangkasan terutama mengenai staf korporat dan pendukung, setelah sebelumnya melakukan pengurangan 1.100 posisi di awal tahun. Pemberitahuan resmi kepada karyawan dijadwalkan pada Jumat (26/9), bersamaan dengan penghapusan sejumlah posisi nonritel yang masih kosong.

Inisiatif Baru dan Resistensi dari Karyawan

Sejak bergabung setahun lalu, Niccol mulai memperkenalkan berbagai inovasi untuk menyegarkan merek Starbucks. Perusahaan memangkas menu hingga 30 persen, menambah item baru seperti topping protein dan air kelapa, serta menghidupkan kembali stasiun gula dan susu swalayan. Selain itu, Starbucks juga mengganti nama resmi menjadi Starbucks Coffee Company untuk menegaskan identitas kopinya.

Namun, sebagian kebijakan baru menuai penolakan dari barista. Serikat pekerja Starbucks Workers United, yang memiliki 12 ribu anggota di lebih dari 650 kedai, menuntut agar hak pekerja tetap diperhatikan. Mereka berharap untuk terlibat dalam tawar-menawar efek untuk setiap toko serikat pekerja yang terkena dampak, sehingga pekerja dapat ditempatkan di toko Starbucks lain sesuai dengan preferensi mereka.

Selain itu, aturan seragam baru dan resep minuman yang lebih rumit memicu ketegangan, bahkan gugatan hukum. Sementara itu, perusahaan juga akan menerapkan sistem kerja kantor empat hari mulai bulan depan.

Fokus pada Pelanggan dan Renovasi Kedai

Langkah transformasi juga menyasar kenyamanan konsumen. Starbucks berencana merenovasi lebih dari 1.000 kedai dengan kursi lebih nyaman, tambahan stopkontak, serta nuansa hangat untuk menciptakan suasana tempat ketiga di luar rumah dan kantor. Niccol menekankan tujuan utamanya pada kepuasan pelanggan.

“Saya sangat berharap kami bergerak menuju menjadi perusahaan layanan pelanggan terbesar di dunia, [dan] perusahaan sentris pelanggan terbesar di dunia,” ujarnya.

Untuk mendukung program ini, perusahaan menyiapkan lebih dari 500 juta dolar AS (setara Rp8,3 triliun) melalui inisiatif Green Apron Service yang berfokus pada jam kerja serta kualitas layanan kedai milik perusahaan. Niccol juga merombak tim eksekutif dengan menunjuk CFO Cathy Smith, Global Chief Brand Officer Tressie Lieberman, dan Chief Operating Officer Mike Grams guna memperkuat strategi jangka panjang.

Penolakan Terhadap Kenaikan Gaji dan Penggunaan Mesin

Serikat pekerja Starbucks juga menolak kenaikan gaji sebesar 2 persen yang ditawarkan oleh perusahaan. Selain itu, Starbucks akan menambah pegawai dan membatasi penggunaan mesin di beberapa kedai. Hal ini menjadi bagian dari upaya perusahaan untuk meningkatkan kualitas layanan dan efisiensi operasional.