
Target Pertumbuhan Ekonomi 8% pada Tahun 2028-2029
Pemerintah Indonesia menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% secara tahunan (yoy) pada periode 2028 hingga 2029. Hal ini menjadi salah satu fokus utama dalam strategi kebijakan ekonomi jangka menengah yang dirancang untuk mendorong kinerja perekonomian nasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan bahwa pencapaian target tersebut akan dilakukan melalui beberapa langkah penting. Salah satunya adalah peningkatan produktivitas yang bertujuan mencapai swasembada pangan, energi, dan air. Selain itu, transformasi digital juga menjadi salah satu fokus utama dalam memperkuat daya saing ekonomi.
Selain itu, pemerintah berupaya meningkatkan investasi melalui Foreign Direct Investment (FDI) yang berorientasi ekspor serta investasi non-APBN. Deregulasi perizinan juga dipercepat agar lebih efisien dan mendukung pertumbuhan bisnis. Sementara itu, sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter yang pro-growth menjadi dasar dari kebijakan yang diambil.
Airlangga menegaskan bahwa Presiden ingin pertumbuhan ekonomi tidak terus-menerus berada di level 5%. Menurutnya, pertumbuhan 5% sudah sangat baik mengingat Indonesia termasuk negara G20 yang berada di posisi dua terbaik. Ia menyatakan bahwa target 8% merupakan ambisi besar yang harus dicapai melalui kerja sama dan inovasi.
Kinerja Ekonomi pada Tahun 2025
Dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada tahun 2025, pemerintah telah merancang Paket Ekonomi 2025 dan Penyerapan Tenaga Kerja. Paket ini terdiri dari 8 program akselerasi yang akan dijalankan pada 2025, 4 program yang dilanjutkan pada 2026, serta 5 program andalan untuk penyerapan tenaga kerja.
Pada kuartal II-2025, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,12%. Inflasi terkendali pada tingkat 2,31% secara year on year (yoy) pada Agustus 2025. Indeks Manufaktur (PMI) manufaktur berada pada angka ekspansi yaitu 51,5, menunjukkan optimisme industri terhadap kondisi perekonomian.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga berada dalam momentum penguatan. Meski ada gejolak sosial politik, dampaknya terbatas dan dapat dikendalikan. Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus selama 63 bulan berturut-turut, menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi. Pada Juli 2025, capaian surplus mencapai US$ 4,17 miliar.
Konsumsi domestik juga tetap kuat, membantu laju pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan konsumsi yang stabil, sektor rumah tangga dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi tulang punggung perekonomian.
Strategi Meningkatkan Ekspor
Untuk meningkatkan ekspor, pemerintah terus memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara mitra. Salah satu contohnya adalah kesepakatan penurunan tarif dagang antara AS dan Indonesia, dari 32% menjadi 19% untuk kerja sama di sektor strategis.
Selain itu, pemerintah juga melakukan penyelesaian kesepakatan IEU-CEPA, di mana Eropa membuka 98,61% pos tarif. Proses aksesi OECD juga dipercepat sebagai bagian dari reformasi dan investasi. Pemerintah juga sedang memperluas pasar ke Kanada, Meksiko, Inggris, dan Peru melalui kerja sama CPTPP.
Dengan langkah-langkah ini, pemerintah berharap bisa memperkuat posisi Indonesia sebagai pelaku ekonomi global yang kompetitif dan berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!