Krisis Internal Hambat Eropa Capai Target Iklim

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Uni Eropa Menghadapi Tantangan dalam Menyusun Target Pengurangan Emisi Baru

Para menteri iklim dari negara-negara anggota Uni Eropa (UE) dijadwalkan untuk mengonfirmasi bahwa blok tersebut akan melewati tenggat waktu global dalam menetapkan target pengurangan emisi baru. Keterlambatan ini disebabkan oleh perbedaan pendapat antara pemerintah negara-negara anggota UE terkait rencana tersebut.

Kegagalan dalam memenuhi tenggat waktu ini bisa menjadi tantangan bagi para pemimpin Uni Eropa yang akan bergabung dengan kekuatan dunia lainnya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu depan. Negara-negara tersebut harus mempresentasikan tujuan-tujuan baru menjelang pembicaraan iklim COP30 pada bulan November.

Beberapa negara besar seperti Cina diperkirakan akan memenuhi tenggat waktu. Sementara itu, Australia telah mengumumkan targetnya pada hari Kamis (18/9). Komisaris Iklim Uni Eropa Wopke Hoekstra membela catatan blok tersebut, menyatakan bahwa UE tetap menjadi yang paling ambisius di panggung global.

Swedia dan Finlandia Mendorong Revisi Target Iklim Sektor Kehutanan

Swedia dan Finlandia secara aktif mendesak Uni Eropa untuk merevisi target iklim sektor kehutanan. Hal ini dilakukan karena hutan yang menjadi sumber penyerapan karbon mulai menunjukkan penurunan kapasitasnya, sehingga memengaruhi kemampuan UE dalam mencapai target iklim yang telah ditetapkan.

Selain itu, beberapa isu penting lainnya juga muncul, seperti kasus RI yang menang sengketa biodiesel di WTO. Kemendag menyatakan bahwa Uni Eropa tidak mengajukan banding terkait masalah ini.

PBB Meminta Negara-Negara untuk Mengajukan Rencana Iklim Terbaru

PBB telah mendesak negara-negara untuk membawa rencana iklim terbaru mereka ke Majelis Umum pada minggu depan. Ini merupakan bagian dari upaya untuk menghidupkan kembali momentum global dalam mengatasi perubahan iklim. Momentum tersebut sempat terganggu akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang membatalkan komitmen iklim AS. Selain itu, negara-negara juga menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan perlindungan lingkungan dengan tantangan ekonomi dan geopolitik.

Target Iklim Baru UE untuk Tahun 2040 dan 2035

Uni Eropa berencana untuk menyepakati target iklim baru untuk tahun 2040 dan 2035 dalam waktu dekat. Namun, beberapa negara anggota seperti Jerman, Prancis, dan Polandia meminta agar target 2040 dibahas terlebih dahulu dalam pertemuan puncak Oktober. Hal ini menghambat proses pembicaraan tentang kedua target tersebut.

"UE selalu mengambil keputusan ini setelah perdebatan besar. Ini bukanlah objek yang mudah. Kita harus berhati-hati untuk tidak semakin memecah belah UE karena kebijakan iklim," kata Menteri Jerman untuk urusan iklim, Jochen Flasbarth. Ia menambahkan bahwa hal ini juga berlaku bagi negara-negara Eropa Timur yang lebih miskin.

Langkah Mundur: "Pernyataan Niat" untuk Tujuan Iklim

Sebagai langkah mundur, para menteri UE akan mencoba menyepakati "pernyataan niat" yang menguraikan tujuan iklim apa yang ingin disetujui oleh UE. Draf pernyataan tersebut menyebutkan bahwa UE akan mencoba menyepakati target pengurangan emisi antara 66,3% dan 72,5% pada tahun 2035.

Uni Eropa berkomitmen untuk menyerahkan target final 2035 sebelum COP30 pada bulan November, di mana hampir 200 negara akan menegosiasikan langkah selanjutnya untuk mengatasi pemanasan global. "Sulit bagi kami untuk meminta pihak lain, mitra internasional kami, untuk melakukan hal yang sama jika kami tidak menepati janji sendiri," kata Menteri Iklim Finlandia, Sari Multala.

Perpecahan dalam Uni Eropa Akibat Perbedaan Pendapat

Secara tradisional, Uni Eropa telah mendorong kesepakatan iklim global yang ambisius, dengan mengutip kebijakan mereka sendiri sebagai contoh bahwa mereka memimpin dengan memberi contoh. Namun, meningkatnya kekhawatiran atas biaya tindakan iklim dan tekanan untuk meningkatkan belanja pertahanan serta industri telah memicu penolakan dari beberapa negara anggota.

"Kita hidup di masa yang sulit. Ada perang di benua kita... Sementara Anda memenuhi target iklim Anda yang ambisius, Anda juga harus memiliki perhatian terhadap basis industri Anda," kata Menteri Iklim Denmark, Lars Aagaard, yang akan memimpin pertemuan para menteri iklim Uni Eropa pada hari Kamis (18/9) ini.