
Investasi Besar untuk Hilirisasi Sektor Pertanian
Pemerintah Indonesia menilai bahwa investasi sebesar Rp371,6 triliun diperlukan untuk mendorong hilirisasi di sektor pertanian, khususnya di bidang perkebunan. Hal ini dilakukan guna meningkatkan nilai tambah dari produk pertanian dan menciptakan peluang kerja yang lebih luas.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa program hilirisasi ini akan memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian nasional. Ia optimis bahwa kebijakan ini dapat menghasilkan lapangan kerja baru di masa depan. Anggaran yang direncanakan mencakup dana KUR senilai Rp189 triliun, serta kontribusi dari BUMN dan swasta masing-masing sebesar Rp92,96 triliun dan Rp89,17 triliun.
Dari total investasi tersebut, diperkirakan akan ada penyerapan tenaga kerja sebanyak 8,6 juta orang. Selain itu, keuntungan kumulatif yang diperoleh dari program ini mencapai angka fantastis yaitu Rp9.684,96 triliun. Ini menunjukkan potensi besar dari pengembangan sektor pertanian melalui hilirisasi.
Selain itu, Presiden Prabowo Subianto telah menyetorkan anggaran sebesar Rp9,9 triliun untuk meningkatkan produktivitas dan produksi perkebunan. Dalam periode 2025–2027, pemerintah akan menanam lahan seluas 870.890 hektare untuk tujuh komoditas utama, yaitu kelapa, tebu, kopi, kakao, jambu mete, lada, dan pala.
Beberapa rincian luasan lahan yang akan ditanami antara lain: - Kelapa: 221.890 hektare - Tebu: 200.000 hektare - Kopi: 99.500 hektare - Kakao: 248.500 hektare - Jambu mete: 50.000 hektare - Lada: 6.000 hektare - Pala: 45.000 hektare
Untuk mempercepat proses, pemerintah juga akan memberikan benih bibit gratis kepada petani seluas 800.000 hektare di seluruh Indonesia. Diharapkan, hal ini bisa membuka kesempatan kerja sebanyak 1,6 juta orang.
Amran menjelaskan bahwa beberapa komoditas ini memiliki peran penting sebagai sumber devisa negara, penyerap tenaga kerja, pendorong pertumbuhan ekonomi daerah, dan mendukung ketahanan pangan. Dengan demikian, hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai ekspor tetapi juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang lebih luas.
Data yang dirangkum oleh Kementan menunjukkan bahwa nilai ekspor komoditas perkebunan pada tahun 2024 mencapai Rp279,4 triliun atau sekitar 92,26% dari total ekspor pertanian yang mencapai Rp302,8 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perkebunan masih menjadi tulang punggung ekspor negara.
Amran menekankan bahwa ke depan, Indonesia tidak lagi hanya mengekspor produk mentah, tetapi sudah mulai mengembangkan produk turunan. Dengan hilirisasi, nilai ekspor diharapkan semakin meningkat. Contohnya, ekspor kacang mete dan kakao dengan harga Rp26.000 per kilogram, namun setelah diolah di Singapura menjadi cokelat, harganya bisa mencapai Rp1 juta.
Ia berharap agar komoditas pertanian tidak keluar tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Dengan begitu, nilai tambah dari produk pertanian dapat meningkat secara signifikan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!