
Pelatihan Seni Melipat Tanjak Berikan Keterampilan Bernilai Ekonomi
Sebanyak 15 perajin berpartisipasi dalam pelatihan seni melipat tanjak yang diselenggarakan oleh Kampung Tanjak. Pusat kerajinan ini berada di Gang Amal, Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara. Tempat ini menjadi pusat pembelajaran bagi para perajin dalam menguasai teknik membuat tanjak, yang merupakan bagian dari kearifan lokal masyarakat setempat.
Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara pelatihan tersebut. Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk melestarikan budaya, tetapi juga memberikan keterampilan yang bernilai ekonomi bagi peserta. Ia menilai pelatihan ini sebagai inovasi yang bermanfaat dan bisa menjadi amal jariah bagi mereka yang membagikan ilmu kepada orang lain.
“Keterampilan sederhana seperti melipat tanjak bisa memiliki dampak yang luas, termasuk membuka peluang usaha baru,” ujarnya. Bahasan menekankan pentingnya terus menuntut ilmu dan mengembangkan keterampilan, terutama di tengah tantangan anggaran daerah yang terbatas.
Ia juga menambahkan bahwa pelatihan ini diharapkan dapat mendorong lahirnya UMKM-UMKM baru di enam kecamatan di Kota Pontianak. Dengan adanya pelatihan, masyarakat akan lebih mudah memperoleh keterampilan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk pengembangan bisnis.
Selain itu, Bahasan menyampaikan dukungan terhadap rencana pembangunan galeri di Kampung Tanjak. Menurutnya, meskipun tampak sederhana, keberadaan galeri ini akan memperkuat identitas Kampung Tanjak sekaligus menjadi sarana promosi dan pengembangan karya seni. Ia mengajak peserta pelatihan untuk memaksimalkan ilmu yang didapat dan terus mengasah keterampilan mereka.
“Jika seseorang mampu melipat atau membuat tanjak, maka hal ini bisa meningkatkan pendapatan dan memberikan manfaat bagi keluarga serta lingkungan. Mari kita jadikan keterampilan ini sebagai peluang usaha,” tambahnya.
Masyarakat Bisa Mengembangkan Keterampilan Menjadi Produk Bernilai Jual
Pengelola Kampung Tanjak, Suherman, menjelaskan bahwa pelatihan melipat tanjak diikuti oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Ia berharap keterampilan yang diperoleh dapat menjadi modal untuk meningkatkan kreativitas dan pendapatan.
“Kami ingin Kampung Tanjak tidak hanya dikenal sebagai pusat budaya Melayu, tetapi juga sebagai ruang belajar dan pengembangan ekonomi kreatif,” ujarnya. Menurut Suherman, dengan adanya pelatihan ini, masyarakat bisa belajar dan kemudian mempraktikkannya untuk kebutuhan acara adat maupun dikembangkan menjadi produk bernilai jual.
Pelatihan ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan tentang potensi ekonomi yang tersembunyi dalam seni tradisional. Dengan memadukan antara nilai budaya dan keterampilan, masyarakat dapat menciptakan produk yang tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga memiliki daya saing di pasar.
Dalam rangka memperluas cakupan pelatihan, Kampung Tanjak juga berencana untuk mengadakan program serupa secara berkala. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pengetahuan tentang tanjak tidak hanya terbatas pada peserta pelatihan pertama, tetapi dapat menyebar ke masyarakat luas.
Selain itu, Kampung Tanjak juga berupaya membangun kolaborasi dengan lembaga pendidikan dan komunitas lokal. Dengan keterlibatan lebih banyak pihak, pelatihan ini diharapkan mampu menciptakan dampak yang lebih besar, baik secara sosial maupun ekonomi.
Dengan adanya pelatihan dan upaya pengembangan, Kampung Tanjak semakin memantapkan diri sebagai pusat kebudayaan yang tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. Melalui keterampilan melipat tanjak, masyarakat kini memiliki kesempatan untuk mengubah budaya menjadi peluang usaha yang berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!