Peluang Kenaikan Kelas Perusahaan Sawit di Tengah Dukungan Katalis

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Peluang Naik Kelas Emitter Sawit di Pasar Modal

Di tengah berbagai katalis positif yang berpotensi memengaruhi sektor sawit di Indonesia, peluang bagi emiten sawit untuk naik kelas terbuka lebar. Banyak analis percaya bahwa emiten sawit yang terdaftar di Papan Pengembangan bisa berpindah ke Papan Utama dalam waktu dekat.

Salah satu katalis positif yang muncul adalah perjanjian antara Indonesia dan Uni Eropa, yaitu IEU–CEPA. Perjanjian ini memberikan keuntungan bagi ekspor produk unggulan Indonesia, termasuk crude palm oil (CPO). Selain itu, Uni Eropa berencana menunda implementasi aturan antideforestasi dalam European Union Deforestation Regulation (EUDR) selama setahun. Penundaan ini dinilai akan memberi ruang bagi emiten sawit untuk meningkatkan kinerja secara jangka panjang.

Pemerintah Indonesia juga rencananya akan mengimplementasikan bahan bakar nabati (BBN) B50 pada 2026. Hal ini berpotensi meningkatkan permintaan dalam negeri terhadap sawit, sehingga menyebabkan peningkatan harga minyak sawit.

Dari sisi harga, para analis memprediksi bahwa harga minyak sawit bisa naik hingga 15%, mencapai lebih dari 5.000 ringgit atau sekitar Rp19,4 juta per ton pada akhir 2025. Bahkan, harga bisa melonjak lebih tinggi hingga RM5.500 per ton. Faktor pendorongnya antara lain kebijakan Indonesia sebagai produsen terbesar dunia yang meningkatkan campuran biodiesel menjadi 50% (B50), serta aksi penyitaan perkebunan yang menekan produksi.

Potensi Naik Kelas Emitter Sawit

Berdasarkan data yang dikumpulkan, dari 20 emiten sawit yang terdaftar di pasar saham Indonesia, sepuluh di antaranya sudah masuk ke Papan Utama. Tujuh sisanya berada di Papan Pengembangan, sedangkan tiga lainnya di Papan Pemantauan Khusus. Momentum dari penundaan EUDR dan kebijakan B50 bisa membuka jalan bagi emiten lapis dua untuk naik kelas, asalkan mampu memanfaatkan peluang tersebut dengan baik.

Analisis dari Nafan Aji Gusta, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, menyatakan bahwa hadirnya dua katalis tersebut berpotensi meningkatkan kinerja emiten sawit yang tidak berada di Papan Utama. Dengan kenaikan pendapatan, kapitalisasi pasar saham emiten-emiten sawit juga bisa meningkat.

Beberapa emiten sawit masih berada di Papan Pengembangan, seperti PT Pradiksi Gunatama Tbk. (PGUN) dengan harga saham saat ini Rp12.800. Sejak awal tahun 2025, harga saham PGUN telah melonjak sebesar 2.918,87%. Sementara itu, PT Pulau Subur Tbk. (PTPS) masih berada di Papan Pengembangan dengan harga Rp177 per lembar, namun saham PTPS telah naik sebesar 129,87% sepanjang tahun ini.

Tantangan yang Menghantui Emitter Sawit

Namun, peluang naik kelas emiten sawit sangat bergantung pada kemampuan mereka dalam memanfaatkan katalis yang ada. Reydi Octa menegaskan bahwa banyak emiten kecil memiliki keterbatasan modal dan infrastruktur, sehingga sulit untuk menangkap peluang yang tersedia.

Selain itu, ancaman kampanye antisawit di Eropa tetap menjadi tantangan besar. Meski perusahaan besar mungkin lebih siap menghadapi aturan ketat, emiten sawit yang sedang berkembang mungkin kesulitan. EUDR masih menjadi hambatan utama bagi ekspor sawit ke Eropa, terutama bagi petani yang minim akses teknologi dan pengetahuan administratif.

Dengan kondisi ini, para analis menyarankan agar emiten sawit terus beradaptasi dan memperkuat diri untuk menghadapi tantangan di masa depan. Mereka harus mempersiapkan diri dengan baik agar bisa memanfaatkan peluang yang ada.