Pengamat Pasar Prediksi Rupiah Melemah Lagi Esok

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Prediksi Melemahnya Rupiah di Tengah Perkembangan Politik dan Ekonomi

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, memberikan prediksi mengenai pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Menurutnya, rupiah diperkirakan akan melemah pada perdagangan Jumat, 26 September 2025, dengan kisaran antara Rp 16.740 hingga Rp 16.810 per dolar AS. Pada hari sebelumnya, Kamis, 25 September 2025, rupiah ditutup melemah sebesar 64 poin di level Rp 16.684 per dolar AS. Bahkan, pada pagi hari, rupiah sempat menembus angka Rp 16.758 per dolar AS.

Menurut Ibrahim, salah satu faktor yang memengaruhi pelemahan rupiah adalah pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Ia menyatakan bahwa tidak mendukung pemberlakuan pengampunan pajak atau tax amnesty sebagai kebijakan yang bisa diterapkan. RUU Tax Amnesty sendiri telah masuk dalam daftar Program Legislasi Nasional 2025-2029.

Sebelumnya, pemerintah pernah menerapkan tax amnesty pada tahun 2017 dan 2022. Dalam keterangannya, Ibrahim menjelaskan bahwa tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengumpulkan dana tunai dari para pengemplang pajak, yang sebagian besar dilakukan oleh kalangan atas atau pengusaha besar. “Tax amnesty bertujuan untuk memperoleh dana cash dari para pelaku penghindaran pajak,” ujarnya.

Selain itu, dari sisi eksternal, Ibrahim juga menilai bahwa memanasnya tensi geopolitik di Eropa setelah Presiden Donald Trump berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kenaikan nilai dolar AS. Dalam pidatonya, Trump memperingatkan negara-negara Eropa agar tidak terus-menerus membeli minyak dari Rusia. Ia juga menyebut bahwa Washington sedang mempertimbangkan sanksi baru yang dapat menargetkan aliran energi.

Meskipun saat ini belum ada langkah konkret yang diambil, retorika Trump tersebut dinilai meningkatkan risiko geopolitik di pasar. “Kekhawatiran bahwa sanksi yang lebih keras dapat mengganggu ekspor Rusia atau memicu tindakan balasan pasokan,” kata Ibrahim.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan ketidaksetujuannya terhadap rencana pemberian tax amnesty kembali. Ia menilai bahwa pengampunan pajak yang diberikan secara berkala berisiko bagi kepatuhan para pembayar pajak. “Jika amnesti dilakukan berkali-kali, hal ini memberi signal kepada pembayar pajak bahwa mereka boleh melanggar karena nanti ke depan akan ada amnesti lagi,” ujarnya di kantor Kementerian Keuangan, Jumat, 19 September 2025.

Dengan adanya prediksi pelemahan rupiah dan isu-isu geopolitik yang terus berkembang, situasi ini memperlihatkan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan kebijakan fiskal. Para pengamat seperti Ibrahim Assuaibi tetap memantau perkembangan politik dan ekonomi global untuk memberikan analisis yang akurat dan bermanfaat bagi masyarakat.