
Pertumbuhan Kredit di Sektor Manufaktur dan Industri Pengolahan
Sektor manufaktur dan industri pengolahan terus menunjukkan pertumbuhan yang positif dalam hal penyaluran kredit. Hal ini menjadi indikasi bahwa sektor ini tetap menjadi prioritas bagi perbankan dalam mendukung perekonomian nasional. Data terkini menunjukkan bahwa sektor ini menjadi salah satu yang paling diminati oleh bank-bank besar di Indonesia.
Menurut laporan surveilans perbankan yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sub sektor industri pengolahan masih menjadi pendorong utama dalam penyaluran kredit ke sektor produktif. Pada kuartal pertama tahun 2025, sektor ini mencakup sekitar 15,51% dari total kredit yang disalurkan. Meskipun pertumbuhan kredit pada sektor ini sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya, dengan pertumbuhan sebesar 8,79% secara tahunan (YoY), angka ini tetap menunjukkan optimisme terhadap prospek sektor ini.
Myrdal Gunarto, Global Market Economist Maybank Indonesia, menyatakan bahwa perkembangan kredit manufaktur di paruh kedua tahun ini akan tetap baik. Ia mengamati bahwa sektor ini sedang melakukan akumulasi barang-barang investasi, khususnya mesin-mesin produksi. Selain itu, sektor-sektor seperti farmasi, obat-obatan tradisional, besi dan baja, serta industri hilirisasi juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.
Ia memprediksi bahwa pertumbuhan kredit di sektor manufaktur dan industri pengolahan bisa mencapai dua digit hingga akhir tahun. Prediksi ini didasarkan pada data Purchasing Managers' Index (PMI) yang menunjukkan ekspansi di sektor manufaktur Indonesia. PMI bulan Agustus 2025 berada di level 51,5, yang menunjukkan kondisi sektor manufaktur yang stabil dan berkembang.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk juga aktif dalam mendukung sektor industri pengolahan, khususnya dalam upaya hilirisasi sumber daya alam. Hingga Juni 2025, penyaluran kredit ke sektor hilirisasi mineral mencapai Rp 35,75 triliun, tumbuh 15,65% YoY. Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini, menjelaskan bahwa pembiayaan ini digunakan untuk pengembangan smelter nikel, tembaga, aluminium, serta refinery emas.
Pembiayaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah sumber daya alam nasional, memperkuat daya saing industri domestik, serta membuka lapangan kerja baru di berbagai daerah.
Selain Bank Mandiri, PT Bank OCBC NISP Tbk juga mencatatkan pertumbuhan kredit di sektor manufaktur. Hingga Juni 2025, penyaluran kredit ke sektor ini mencapai Rp 54 triliun, tumbuh hampir 10% YoY. Segmen pasar yang dibiayai oleh OCBC meliputi Food & Beverage (F&B), Pharmaceutical & Healthcare, serta Logistik dan Transportasi.
Direktur OCBC, Hartati, menjelaskan bahwa pertumbuhan ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur semakin diminati oleh pelaku bisnis. Dengan adanya peningkatan kredit, diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Di sisi lain, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) masih memiliki pangsa kredit yang relatif kecil di sektor industri pengolahan. Corporate Secretary BSI, Wisnu Sunandar, menyampaikan bahwa hingga Juli 2025, pertumbuhan kredit ke sektor ini hanya sebesar 1,45% YoY. Mayoritas pembiayaan BSI saat ini masih dialokasikan ke industri makanan dan minuman.
Meski demikian, BSI tetap berkomitmen untuk meningkatkan dukungan terhadap sektor manufaktur dan industri pengolahan di masa depan. Dengan berbagai strategi dan program yang telah dilakukan, diharapkan sektor ini dapat memberikan kontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!