Komitmen Pertamina dalam Transisi Energi Hijau
PT Pertamina Patra Niaga menunjukkan komitmennya yang kuat dalam mendorong transisi energi hijau. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah mempercepat pemanfaatan biofuel, Sustainable Aviation Fuel (SAF), serta berbagai sumber energi terbarukan lainnya. Dengan inisiatif ini, perusahaan berupaya mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan menciptakan solusi yang lebih ramah lingkungan.
Sejak 2008, Pertamina telah menjalankan program biodiesel dengan peningkatan signifikan dari 2,5 persen menjadi B40 atau 40 persen. Ini menunjukkan bahwa Indonesia sudah berada di jalur yang tepat untuk mengurangi dampak lingkungan akibat penggunaan bahan bakar fosil. Hal ini disampaikan oleh Direktur Perencanaan & Pengembangan Bisnis Pertamina Patra Niaga, Harsono Budi Santoso, dalam sebuah pernyataan.
Sektor Penerbangan Jadi Fokus Utama
Sektor penerbangan saat ini menjadi fokus utama dalam pengembangan bahan bakar ramah lingkungan. Pertamina telah melakukan uji coba SAF dengan hasil yang menunjukkan keamanan penggunaannya untuk penerbangan komersial. Menurut Harsono Budi, pesawat listrik belum tersedia, sehingga kuncinya ada pada drop-in fuel. SAF dapat digunakan langsung tanpa perlu modifikasi pesawat maupun infrastruktur bandara.
Selain itu, SAF yang berbasis used cooking oil (UCO) mampu mengubah limbah menjadi energi bernilai ekonomi sekaligus mengurangi jejak karbon. Inovasi ini menunjukkan potensi besar dalam pengelolaan limbah dan pengurangan emisi karbon.
Uji Coba SAF yang Sudah Berhasil
Pemerintah telah menargetkan implementasi 1 persen SAF pada tahun 2027. Sementara itu, Pertamina telah berhasil melakukan uji coba SAF dengan sertifikasi di Kilang Cilacap dan tiga bandara besar di Indonesia. Selain SAF, Pertamina Patra Niaga juga mengembangkan Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau Pertamina Renewable Diesel. Produk ini telah diperluas distribusinya, termasuk bahan bakar campuran etanol dengan RON 95 yaitu Pertamax Green 95 di 150 SPBU.
Harsono Budi menegaskan bahwa upaya penetrasi biofuel akan semakin agresif ke depan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan alignment yang kuat tidak hanya dari sisi teknis dan operasional, tetapi juga dengan para pemangku kepentingan, termasuk industri otomotif dan pelanggan.
Penggunaan Energi Hijau dalam Operasional Internal
Tidak hanya fokus pada bahan bakar ramah lingkungan untuk masyarakat, Pertamina Patra Niaga juga menerapkan energi hijau dalam operasional internalnya. Sejumlah terminal BBM dan SPBU Green Energy Station telah memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk mengurangi konsumsi energi fosil. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi energi.
Harsono Budi menyatakan bahwa transisi energi adalah perjalanan panjang yang masih memiliki tantangan. Namun, ia percaya bahwa dengan kolaborasi semua pihak, energi hijau dapat menjadi tulang punggung ketahanan energi nasional.
Inovasi Kuliner Nusantara dan Program Lainnya
Selain fokus pada energi hijau, Pertamina Patra Niaga juga aktif dalam berbagai inovasi dan program lainnya. Contohnya, dalam acara BGCC 2025, perusahaan memperkenalkan inovasi kuliner nusantara. Selain itu, Pertamina Patra Niaga juga sesuaikan harga BBM non-subsidi dan menggelar event seperti Pertamax Turbo Drag Fest 2025 Putaran II. Semua inisiatif ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam memberikan layanan terbaik kepada masyarakat serta mendukung pengembangan berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!