
Upaya Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menjelaskan berbagai langkah yang diambil negara untuk membangun sistem pasokan pangan yang lebih kuat dan meningkatkan produktivitas petani. Selain itu, pemerintah juga berinvestasi dalam pertanian berbasis iklim agar bisa menjaga ketahanan pangan. Hal ini dilakukan karena ancaman perubahan iklim semakin nyata dan mengancam kehidupan masyarakat.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sudah merasakan dampak langsung dari perubahan iklim, khususnya ancaman kenaikan permukaan air laut. Realitas ini memaksa pemerintah untuk bertindak dengan tekad yang kuat. Dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB di New York, AS, pada Selasa (23/9), Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia tidak hanya berslogan, tetapi benar-benar berkomitmen untuk memenuhi kewajiban sesuai Perjanjian Iklim Paris 2015.
Perjanjian tersebut menetapkan kesepakatan untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2°C dibanding masa pra-industri, serta membatasi kenaikan hingga 1,5°C. Negara-negara yang meratifikasi perjanjian ini wajib mengurangi emisi hingga mencapai nol bersih (net zero emission/NZE) dengan target tertentu. Indonesia menargetkan pencapaian nol bersih pada tahun 2060 dan yakin dapat mencapainya lebih awal.
Selain itu, Indonesia juga memiliki rencana lain untuk mengurangi laju pemanasan global. Salah satunya adalah target reboisasi lahan terdegradasi sebanyak lebih dari 12 juta hektare. Langkah ini juga ditujukan untuk memberdayakan masyarakat lokal melalui lapangan kerja hijau dan meningkatkan ketahanan ekonomi.
Indonesia sedang melakukan transformasi besar-besaran dari pembangunan berbasis bahan bakar fosil menuju energi terbarukan. Mulai tahun depan, sebagian besar kapasitas pembangkit listrik tambahan akan berasal dari sumber energi terbarukan. Ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia untuk mengurangi dampak perubahan iklim secara signifikan.
Penyebab Perubahan Iklim
Menurut Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), perubahan iklim yang terjadi saat ini disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama peningkatan jumlah gas rumah kaca (greenhouse gas) di atmosfer. Gas-gas ini termasuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan kloroflorokarbon (CFC). Produksi gas-gas ini terutama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti BBM dan batu bara, serta penggunaan alat pendingin udara.
Gas rumah kaca bekerja seperti efek rumah kaca. Panas Matahari yang masuk ke permukaan Bumi seharusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa. Namun, akibat penumpukan gas ini di atmosfer, panas tidak bisa lepas dan terperangkap antara atmosfer dan permukaan Bumi. Akibatnya, suhu permukaan Bumi semakin meningkat.
Data dari Badan Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat (NOAA) menunjukkan bahwa suhu permukaan rata-rata global telah meningkat sebesar 0,06°C per dekade sejak 1850. Laju pemanasan sejak 1982 bahkan tiga kali lebih cepat, yakni 0,2°C per dekade. Tahun 2024 dinobatkan sebagai tahun terhangat sejak pencatatan dimulai pada 1850, dengan suhu 1,18°C lebih tinggi dibanding rata-rata suhu abad ke-20.
Dampak pemanasan global sangat nyata. Suhu yang semakin panas, kenaikan permukaan air laut, bencana cuaca ekstrem, gangguan panen, dan krisis air menjadi ancaman serius bagi kehidupan masyarakat. Untuk mencegah bencana iklim semakin parah, Indonesia telah mengambil berbagai langkah strategis.
Tujuan Utama Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim
Tujuan utama Indonesia adalah untuk mengangkat seluruh warga negara dari kemiskinan dan menjadikan Indonesia sebagai pusat solusi dalam ketahanan pangan, energi, dan air. Semua upaya ini bertujuan untuk menjaga kesejahteraan masyarakat dan memastikan keberlanjutan lingkungan untuk generasi mendatang.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!